Senin, 28 Januari 2013

Buah Bintaro Buah Beracun yang Bermanfaat


Salah satu tumbuhan yang banyak digunakan untuk penghijauan dan sekaligus sebagai penghias kota adalah pohon Bintaro. Pohon inilah yang banyak ditanam di kawasan Ijen Nirwana Residence di Kota Malang.
Pohon Bintaro juga disebut Pong-pong tree atau Indian suicide tree, mempunyai nama latin Cerbera odollam Gaertn, termasuk tumbuhan non pangan atau tidak untuk dimakan. Bintaro termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan kepulauan sebelah barat samudera pasifik.
Daun Bintaro bentuknya memanjang, simetris, dan menumpul pada bagian ujung dengan ukuran bervariasi, tetapi rata-rata memiliki panjang 25 cm. Tersusun secara spiral, terkadang berkumpul pada ujung roset.
Bunga Bintaro terdapat pada ujung pedikel simosa dengan lima petal yang sama atau disebut pentamery. Korola berbentuk tabung dan ada warna kuning pada bagian tengahnya.
Buah Bintaro berbentuk bulat dan berwarna hijau pucat dan ketika tua akan berwarna merah. Merupakan buah drupa (buah biji) yang terdiri dari tiga lapisan yaitu epikarp atau eksokarp (kulit bagian terluar buah), mesokarp (lapisan tengah berupa serat seperti sabut kelapa), dan endocarp (biji yang dilapisi kulit biji atau testa). Walapun berbentuk indah namun buah Bintaro tidak dapat dikonsumsi, karena mengandung zat yang bersifat racun terhadap manusia.
Tanaman ini juga dinamakan cerbera karena bijinya dan semua bagian pohonnya mengandung racun yang disebut “cerberin” yaitu racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian.
Walaupun beracun, bijinya mengandung minyak yang cukup banyak (54,33%) dan berpotensi digunakan sebagai bahan baku biodiesel dengan melalui proses hidrolisis, ekstrasi dan destilasi.
Buah ini sering dimanfaatkan di kalangan rumah tangga sebagai pengusir tikus. Cukup letakkan buah bintaro yang belum matang (berwarna hijau) di sudut-sudut ruangan yang sering dilalui oleh tikus ataupun di dalam atap rumah.
Energi Alternatif dari Biji Buah Bintaro
Kelangkaan minyak membuat Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan bahan alternatif pengganti minyak tanah dan solar sebagai bahan bakar.
Penelitian yang merupakan hasil kerja sama IPB dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Kabupaten Pelalawan, Riau itu berhasil mengembangkan minyak dari biji bintaro sebagai energi alternatif. Rencananya, penemuan ini akan dikembangkan di Riau mengingat tumbuhan tersebut banyak tumbuh di sana.
Pohan bintaro (Cerbera manghas) merupakan jenis tumbuhan liar yang mudah tumbuh di mana saja. Pohon dan buahnya seperti mangga selama ini memang kurang dimanfaatkan oleh warga, padahal sebenarnya sangat bermaafaat sebagai pengganti bahan bakar.
Menurut perwakilan Fakultas Teknologi Pertanian IPB itu, selain bijinya, kulit buah bintaro yang berserat dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel atau dapat dijadikan sebagai bahan bakar secara langsung atau diubah menjadi briket untuk bahan bakar tungku.

Girl Back Home 7 Years After Tsunami (24th December, 2011)


A teenage Indonesian girl swept away in the Indian Ocean tsunami on Boxing Day seven years ago has been reunited with her family. Fifteen-year-old Wati was eight when the devastating tsunami wiped out the village of Ujong Baroh in Sumatra’s Aceh province. Her family survived the giant tidal wave but little Wati was carried away. The last time her mother saw her was when the water carried the little girl away. She was desperately clinging to her three children in an attempt to keep them all together, but her efforts were in vain as she lost her grip on Wati. Yusniar never thought she would see her daughter alive again. Wati’s family made several attempts to find her but no one reported seeing her alive.
A miracle happened last Wednesday when her grandfather Ibrahim, who lived in another town, got a visit from an acquaintance who was with a teenage girl. Wati had visited the old man in his coffee shop. She told him she was trying to get back to her village but did not know the way. Ibrahim suspected the teenager might be his long-lost grand-daughter but she could not remember any of her parents’ of relatives’ names, except Ibrahim’s. Wati’s identity was confirmed by her parents several days later from a mole and a scar above her eyebrow that she got when she was six years old. It is still unclear what happened to Wati in her seven-year absence. The deadly tsunami killed more than 150,000 people in several Indian Ocean nations.