Jika Anda penggemar lagu-lagu Rhoma Irama, Anda pasti tahu
bahwa judul di atas adalah satu bait cuplikan lagu dangdut Rhoma Irama. Baiklah
memang saat ini saya akan membahas salah satu kebudayaan Indonesia yang telah
ada sejak zaman dahulu kala bukan hanya dari sudut pandang kebudayaannya,
tetapi juga dari sisi medis, psikologi, dan masalah sosial yang tampak.
Kuda Lumping
adalah kesenian rakyat Jawa. Akhir-akhir ini kebudayaan Kuda Lumping kembali
terdengar namanya di kalangan masyarakat sejak beberapa waktu lalu diakui oleh
masyarakat Johor, Malaysia sebagai miliknya selain kesenian Reog Ponorogo.
Menurut sejarah,
kesenian Kuda Lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki
kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite
kerajaan yang memiliki bala tentara. Di samping, juga sebagai media menghadirkan
hiburan yang murah-meriah namun fenomenal kepada rakyat banyak.
Kuda Lumping adalah kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat
dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti: gong, kenong,
kendang, dan slompret mampu membuat para penonton terkesima oleh setiap
atraksi-atraksi penunggang (penari) Kuda Lumping. Hebatnya, penari Kuda Lumping
tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki
bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh
anak lelaki. Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para
pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang
bisa menghilangkan kesadaran si pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu
tersebut, penunggang kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun
mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah.
Selain melompat-lompat, penari Kuda Lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti
memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya. Beling (kaca) yang
dimakan adalah bohlam lampu yang biasa sebagai penerang rumah. Lahapnya ia
memakan beling seperti layaknya orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan
tidak ada darah pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.
Jika dilihat dari keseluruhan permainan Kuda Lumping, bunyi pecutan yang tiada
henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan. Agaknya, setiap pecutan
yang dilakukan oleh si penunggang terhadap dirinya sendiri, yang mengenai kaki
atau bagian tubuhnya yang lain, akan memberikan efek magis. Artinya, ketika
lecutan anyaman rotan panjang diayunkan dan mengenai kaki dan tubuhnya, si
penari kuda lumping akan merasa semakin kuat, semakin perkasa, semakin digdaya.
Umumnya, dalam kondisi itu, ia akan semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal
muskil dan tidak masuk diakal sehat manusia normal.
Semburan api yang
keluar dari mulut para pemain lainnya diawali dengan menampung bensin di dalam
mulut mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi
kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan
sesudah bensin itu disemburkan dari mulutnya. Pada permainan Kuda Lumping,
makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada
permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah
keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam
hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat
dijadikan sebagai panutan warna hitam.
Sebagai
sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di
bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”. Biasanya, pimpinan ini adalah
seorang yang memiliki ilmu gaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang
penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung jawab
terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain
Kuda Lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan
sakit atau luka pada si penari. Namun, jika dilihat dari sudut pandang
psikologi, orang yang melakukan proses seperti di atas dikenal dengan sebutan
medium. Orang tersebut hanya menjadi sarana dari sesosok jiwa yang lain, dalam
menyampaikan sesuatu (jiwa yang lain itu sering dianggap arwah, yakni jiwa
orang yang sudah meninggal). Terkait dengan medium adalah kondisi trans, yakni
keadaan di mana seseorang mengalami disosiasi dan kehilangan kesadaran terhadap
lingkungan sekitarnya serta melakukan berbagai gerak otomatis. Dalam kasus di
atas, terjadi pada pemain yang dirasuki arwah.
Namun, perlu disadari benda-benda tajam yang masuk ke dalam rongga pencernaan
bisa menimbulkan luka yang dalam istilah medis dikenal dengan istilah trauma
tembus abdomen. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka
tembus abdomen, sebab usus mengisi sebagian besar rongga abdomen. Bila
perforasi terjadi di bagian atas, misalnya di daerah lambung, maka akan terjadi
perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat.
Sedangkan bila bagian bawah, seperti kolon, mula-mula tidak terdapat gejala
karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak baru setelah 24
jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.
Masalah
sosial yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus dijajah hingga
sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba menyingkirkan
kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus
bangsa mempunyai kewajiban mengembalikan kebudayaan yang sejak dahulu ada dan
jangan sampai punah ditelan zaman modern ini. Pemerintah dan masyarakat
diharapkan agar secara terus-menerus menelusuri kembali kebudayaan apa yang
hingga saat ini hampir tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan
dilestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia.